Sabtu, 15 Februari 2014

Mahasiswa Keperawatan di 1 Muharram

13836577831445089776
sumber foto: kuidamkan.blogspot.com

Aku terbangun digelapnya malam. Kemudian aku menyadari.. ah sudah tahun baru islam. 1435 hijriah. Ini lah tahun baru yang sesungguhnya. Walaupun negara ku memiliki penduduk muslim terbesar, tapi tetap saja tahun baru islam tak semeriah tahun baru masehi. Namun, masjid disekitar rumahku tak melewati begitu saja, masjid sekitar rumah tentu mengadakan kegiatan, berkumpul, membaca Al-Quran bersama, duduk bersama dan mendengarkan ceramah dari pak Ustad. Sekedar mengingat betapa islam sangat indah dan perjuangan para Rosul serta para sahabat sangat bermakna dan menggugah.

Aku menyadari, datangnya tahun yang baru menjadikan umur ini kian bertambah. Kontrak hidup makin berkurang, tapi.. apakah aku sudah mempersiapkan segala hal yang bermanfaat untuk kehidupanku selanjutnya?ah aku belum menyiapkan sama sekali. Aku merasa diri ini masih belum ada apa-apanya. Dibandingkan para ukhti disana, para ikhwan disana yang sangat mentaati islam dan menjalankan sunnah Rosul. 

Aku penuh dosa. Ya, berbagai tindakan terkadang terlewat. Tindakan yang mungkin membuat orang lain merasa tersinggung, marah dan kesal. Mungkin jahilku menyakitkan, mungkin perkataanku tak terkendali, mungkin tindakanku merugi. Malaikat selalu setia di kanan dan kiriku. Setia menjalankan tugas dari Sang Pencipta. Siap mencatat segala amal. Tak pantaslah aku, hanya manusia yang tak ada apa-apanya ini merasa bangga melakukan suatu kebaikan, malah aku harusnya sadar. Bahwa tindakan yang menurutku baik, belum tentu baik untuk oranglain dan diri ini. Ah Allah memang maha adil, sang Malaikat yang mencatat dengan teliti, dan kelak akan dipertanggungjawabkan segala tindakan ini.

Kembali pada aktivitas sehari-hari. Dimana tak ada niatan sama sekali memiliki hidup yang seperti ini, dibidang ini. Walau bagaimana pun, pendidikan yang kutempuh sekarang, akan berimbas pada jalan hidupku kelak. Ini seakan diarahkan oleh Allah. Awalnya tercebur di dunia kesehatan. Sama sekali tak terpikir. Awal ingin jadi petani kopi Luwak, yang sukses keliling dunia memperkenalkan kopi Luwak. Awalnya. Tapi jadilah kini, aku disini. Dengan jurusan keperawatan. Pandangan awal, dunia perawat adalah dunia yang melelahkan. Kamu akan jadi pembantunya para pasien. Kamu akan jadi tukang bersihin badan pasien, tukang bersihin BAB dan BAK mereka yang jompo, jadi tempat pelampiasan mereka para pesakit jiwa, jadi omelan para keluarga pasien yang tak terima dengan keadaan keluarganya yang sakit, jadi…

Bayangan-bayangan tak mengenakan yang terbesit. Namun apa dikata, Allah sudah menyiapkan jalan terbaiknya. Menetapkan aku dijurusan ini, jurusan yang tak terpikirkan. Dan Allah selipkan hikmah disetiap tindak-tanduk manusia. Termasuk aku, yang kini menyadari dan meresapi segala yang kualami bersama mereka. Bersama pasien yang pantang menyerah. Kini aku menyadari, betapa sehat itu penting, betapa nikmat Allah luar biasa, betapa manusia sangat tercela dan tak mau bersyukur atas karunia-Nya. Betapa mereka yang sedang lemah sangat menerbitkan inspirasi dalam berjuang. Betapa mereka para pemuda yang karena tingkah buruknya harus menerima keadaan dirinya yang kanker paru, betapa mereka kini menyesal dengan tindakan rokoknya. Betapa mereka sangat tergantung dengan selang oksigen, sungguh patut lah kita bersyukur akan oksigen yang disediakan Allah, betapa Allah memberikan kita kesempatan menghirup sepuasnya oksigen dibumi-Nya. Tak berbayar. Gratis. Apa jadinya kalau Allah keringkan air di muka bumi?apa jadinya kalau Allah musnahkan segala tumbuhan di Bumi?betapa Allah sangat baik.

Allah tunjukkan padaku, Allah izinkan aku menjadi saksi, betapa manusia dekat sekali dengan kematian. Betapa disekitarku, kemungkinan pasti ada. Apa yang tak pernah dibayangkan, menjadi terjadi. Allah izinkan aku menjadi saksi perjuangan ibunda melahirkan. Sehingga aku berfikir betapa dahsyatnya seorang ibu. Aku menjadi saksi perjuangan para bayi untuk sembuh, aku menyaksikan perjuangan orangtua untuk bayinya, dan doa orangtua yang tulus bagi sang bayi. Aku menyaksikan betapa uniknya para pesakit jiwa, betapa mereka memiliki otak yang cerdas, namun pikiran mereka terkadang tak sesuai dengan isi hati mereka.

Sungguh dalam setiap kejadian mengandung hikmah, tinggal bagaimana manusia secara arif mengambil bongkahan hikmah itu menjadi suatu ukiran yang mantap dan meneguhkan hatinya. Inilah aku, manusia biasa yang merenung, betapa tahun berganti tahun, kisah hidup akan berlanjut, dan semua akan ada akhirnya. Tinggal diri ini yang menentukan bagaimana akhir kisah kita, melalui laku kita. Bagaimana akhir hidup kita kelak?tentu Allah yang sudah berencana, dan manusia lah yang harus berjuang, berlaku sebaik-baiknya, meninggalkan yang buruk dan menjalankan segala kisah kebaikan yang kelak semua akan ditimbang. Ditimbang seadil-adilnya, dihadapan sang Maha Hakim yang seadil-adilnya. Allah SWT, sang Pencipta.

Bandarlampung. 5 November 2013,

Sumber : http://muda.kompasiana.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar